
Flakka memiliki bentuk seperti batu kristal dan
sering dijual secara online. Selain itu juga sering dikemas dalam bentuk kapsul
atau dibuat didalam rokok elektronik. Oleh karena itu, dapat dengan mudah
disembunyikan dan digunakan di depan umum tanpa menimbulkan kecurigaan dari
penegak hukum atau teman-teman dan bahkan keluarga.
“Pada bulan Agustus 2016, Austin Harrouff (19 tahun)
menyerang dan membunuh pasangan di rumah mereka Florida, dan ia ditemukan
menggigit wajah dan perut salah satu korbannya. Orangtua penyerang (re: Harouff) melaporkan dia menunjukkan perilaku aneh selama berbulan-bulan sebelum insiden dan dia
didiagnosis menderita skizofrenia. Pihak berwenang percaya bahwa Harouff telah
mengonsumsi obat baru yang disebut Flakka, sehingga menunjukkan perilaku aneh
dan kadang-kadang perilaku kekerasan”.
Tentu Anda pernah membaca berita diatas. Namun
pertanyaannya adalah, apakah benar Flakka dapat menyebabkan seseorang berubah
menjadi zombie?
Pada November 2016, dari uji toksikologi pada
Harouff mengungkapkan bahwa Flakka tidak terdeteksi didalam tubuhnya. Dengan
demikian, insiden “kanibal” ini tidak melibatkan obat tersebut.
Flakka termasuk bagian dari kelas Cathinone. Meskipun mekanisme Flakka dapat
menyebabkan perubahan dalam fungsi seseorang yang tepat tidak jelas, diketahui Flakka
dirancang untuk menyebabkan otak dibanjiri oleh dopamin. Masuknya dopamin
selain menimbulkan perasaan euforia, juga dapat menimbulkan keadaan agitasi (gelisah)
dan delirium (kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan
sekitar). Flakka tidak terdeteksi oleh tes narkoba urin, tetapi hanya dapat
diidentifikasi di laboratorium menggunakan kromatografi gas dan spektrometri
massa.
Sama seperti kokain dan metamfetamin, Flakka
memiliki efek jangka pendek antara lain:
- Sensasi
euforia
- Denyut jantung cepat dan jantung berdebar
- Denyut jantung cepat dan jantung berdebar
- Tekanan
darah tinggi
- Kewaspadaan
- Perilaku
agresif
Sedangkan efek jangka panjang belum diketahui.
Karena Flakka adalah salah satu obat sintetik terbaru dan dampak penelitiannya
tidak luas. Namun, penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa obat
tersebut menjadi racun bagi ginjal sehingga menyebabkan gagal ginjal.
Sumber: Drug Abuse, Norchem, Medical Xpress, www.theconversation.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar